Konten [Tampil]
Ada yang sudah pernah dengar Forum Indonesia Muda (FIM)? Sobi mesti tahu dong sama forum ketje satu ini. Mungkin salah satu Sobi yang sering mampir ke blog ini juga ada yang alumni FIM, haha hayo ngaku! Kalo iya, I wanna say Helo! Finally, kita bersua (lagi) di tulisan Saya yang mengandung bumbu-bumbu nostalgia. 😜
Berkenalan dengan Forum Indonesia Muda
Well, cerita pertemuan Saya dengan Forum Indonesia Muda dimulai ketika Saya memberanikan diri untuk memvisualisasikan mimpi pada selembar kertas. Tepatnya saat Saya mengikuti salah satu training self development di Bandung.
Waktu itu, Saya melukis mimpi Saya pada story board dan membredel satu per satu poin yang ingin dicapai. Salah satu poin yang Saya tulis adalah bisa berada diantara pemuda yang punya mimpi sama dan berkolaborasi untuk membangun Indonesia jadi bangsa yang maju. Wasilahnya adalah di Forum Indonesia Muda.
Saya pikir mimpi itu agak nyeleneh kalau hanya bisa diucapkan. Akhirnya di tahun 2017, di sisa waktu yang ada, Saya mendaftarkan diri menjadi peserta pelatihan Forum Indonesia Muda (FIM) yang ke-19.
Deg-degan banget karena baru berhasil submit di detik-detik terakhir penutupan pendaftaran. Qodarullah, ada yang membantu Saya waktu submit, yaitu senior FIM Semarang. Ia membantu meng-upload satu per satu berkas persyaratan yang dibutuhkan dan Submitted! Fiuh..
Mengenang kembali pertemuan awal dengan FIM membuat pikiran Saya melanglang buana menuju wisma Wiladatika. Saya jadi teringat segala aktifitas yang dilakukan dari bangun tidur sampai tidur lagi.
Yang paling Saya ingat adalah menabung pengalaman dan gagasan dari para pemimpin nomor satu di Indonesia dengan berinteraksi secara tatap muka. Suatu kesempatan yang langka buat Saya untuk menimba ilmu secara langsung dengan mereka.
Sebut saja Anies Baswedan, Indra Sjafri, Bambang Widajanto, dan deretan pemimpin lainnya yang mewakili value FIM.
Tahu lagi nggak Sobi?
Waktu itu Saya bela-belain bolos PBL (Praktik Belajar Lapangan), demi mengikuti pelatihan FIM selama 5 hari berturut-turut di Jakarta.
Kayaknya 5 hari itu nggak cukup deh untuk menggambarkan kebersyukuran Saya saat ini. Karena dari situ, Saya bisa mendapatkan inner circle yang sangat positif. Qodarullah, masih bertahan sampai sekarang.
Buat Saya, FIM adalah tempat bertumbuh yang tepat untuk melejitkan potensi diri, menciptakan kolaborasi karya, dan menjadi wadah untuk re-charging.
13 Juni 2022, FIM genap berusia 19 tahun. Forum yang beranggotakan pemuda dari berbagai latar belakang aktivitas, universitas, maupun gerakan kepemudaan dari seluruh Indonesia ini masih tegak berdiri meskipun ikut terdampak pandemi.
FIM punya cita-cita membangun bangsa dengan semangat kontribusi bersama.
Ada yang bisa menebak dari mana gagasan mengenai FIM ini lahir? Yang tahu Saya kasih jajan permen. Hehe
Ada yang bisa menebak dari mana gagasan mengenai FIM ini lahir? Yang tahu Saya kasih jajan permen. Hehe
Yap! FIM lahir dari gagasan seorang wanita tangguh kelahiran Padang yaitu Bunda Tatty, beserta dukungan suaminya, Elmir Amien.
Cita-cita FIM ini mereka wujudkan dalam bentuk pelatihan selama 5 hari dengan menanamkan 7 pilar karakter dan 7 pilar kepemimpinan. Kesemuanya ini adalah value yang menjadikan FIM terus bergerak untuk kemajuan bangsa.
Cita-cita FIM ini mereka wujudkan dalam bentuk pelatihan selama 5 hari dengan menanamkan 7 pilar karakter dan 7 pilar kepemimpinan. Kesemuanya ini adalah value yang menjadikan FIM terus bergerak untuk kemajuan bangsa.
Mereka memilih pemuda dan pemudi terbaik dari berbagai daerah di Indonesia dan mempertemukannya dalam sebuah forum kepemimpinan yang berlokasi di Jakarta.
Baca Juga: Rumah Baca Seroja: Representasi Budaya Literasi di Pesisir Utara Semarang
Bisa dibilang mereka punya faktor 'X'! Unik dan macam-macam karakternya karena berasal dari berbagai latar belakang. Dan yang paling kentara adalah empati dan suka berbagi...kebermanfaatan.
Saya sangat bersyukur karena dipertemukan dengan teman seperjuangan, yaitu Iik Febriana, Rosta Rosalina, Retno Arini, Khorido Hidayat, dan Bellinda Dewanty. Mereka adalah circle Saya di FIM Semarang.
FIM adalah organisasi pertama tempat Saya mengasah skill kepemimpinan. Ini kali pertama Saya memimpin organisasi komunitas di kota Semarang. Rata-rata dari mereka adalah ketua BEM/himpunan, ketua komunitas, dan pengurus inti dari organisasi pemuda se-Semarang raya.
Agak dredeg juga awalnya, tapi semua bisa dijalani asal dilakukan bersama-sama. Karena Saya nggak merasa sendirian, ada para alumni FIM Semarang yang siap bahu membahu kalau butuh bantuan.
FIM =
Katanya Forum Indonesia Muda itu selain bisa mempertemukan kami dengan pemuda-pemuda yang menginspirasi, juga merupakan ajang pencarian jodoh. Makanya suka ada plesetan yang bilang kalau FIM = Forum Indonesia Menikah. Ups..wkwk
Yaa benar aja...waktu itu Saya bertemu dengan Pak Suami dalam forum ini.
Akhirnya kelar juga nostalgianya. Haha maafkan kalau masih banyak kurangnya. Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari cerita perjalanan Saya selama berkomunitas di Forum Indonesia Muda.
Orang-Orang di FIM Itu..
Bisa dibilang mereka punya faktor 'X'! Unik dan macam-macam karakternya karena berasal dari berbagai latar belakang. Dan yang paling kentara adalah empati dan suka berbagi...kebermanfaatan.
Saya ingin cerita tentang pertemuan Saya dengan beberapa teman di FIM angkatan 19.
Saya sangat bersyukur karena dipertemukan dengan teman seperjuangan, yaitu Iik Febriana, Rosta Rosalina, Retno Arini, Khorido Hidayat, dan Bellinda Dewanty. Mereka adalah circle Saya di FIM Semarang.
Kemudian, Runny Porong Tahir. Sahabat asal Kalimantan yang berjuang menyelenggarakan pendidikan alternatif bagi anak-anak di perbatasan. Doi ngajarin Saya peliknya perjuangan untuk menghidupkan sekolah yang dianggap menyesatkan.
Alfian Andhika, seorang tunanetra yang punya mimpi besar untuk memperjuangkan hak disabilitas dan memperjuangkan Indonesia inklusif. Doi adalah mahasiswa tunanetra pertama di kampusnya. Alfian mengajarkan Saya berbagi di tengah keterbatasan.
Fathur (Atiatul Muqtadir) yang sejak kemunculannya pada aksi mahasiswa di tahun awal pandemi, dipuja-puja oleh banyak penggemar di media sosial. Doi adalah seorang penghafal qur'an dan senang mengurusi hajat orang banyak lewat perannya di BEM KM UGM.
Bang Aju, calon kepala desa Palipi Soreang. Gemar mengajak pemuda dan pemudi di kampungnya untuk berpikiran jauh ke depan. Memfasilitasi minat dan bakat pemuda desanya lewat beragam aktifitas nan bermanfaat.
Pun Bang Rafli Thamrin, yang memiliki impian yang sama. Membangun desa dan kekayaan alamnya agar punya banyak dampak dan manfaat. Terutama kesejahteraan rakyat desanya.
Mereka punya lintasan masing-masing dan pernah melewati medan juang yang bisa dibilang tidak mudah. Kesamaan mimpi saling menautkan mereka, yaitu membangun Indonesia lewat langkah kecil dan berdampak. Mereka tampak bersinar layaknya kunang-kunang.
Cahayanya memang tidak seterang lampu bohlam. Tapi manfaatnya bisa dirasakan, terlebih ketika tidak ada penerangan sama sekali. Ia tetap bisa bersinar di tengah kegelapan.
Baca Juga: Komunitas, Caraku Untuk Berdaya
Pengalaman Tak Terlupakan
Agak dredeg juga awalnya, tapi semua bisa dijalani asal dilakukan bersama-sama. Karena Saya nggak merasa sendirian, ada para alumni FIM Semarang yang siap bahu membahu kalau butuh bantuan.
Selama berlayar menjadi nahkoda di FIM Semarang, ada beberapa project yang sudah terlaksana atas seizin Allah.
Pengalaman tak terlupakan selanjutnya adalah Bedah Buku 'Bertumbuh' karya Mas Gun dan kawan-kawan. Kami berkolaborasi dengan pasangan muda sesama FIM yang menginspirasi, yaitu Mas Kurniawan Gunadi dan Mbak Apik aka Aji Nurafifah. Nah disini Mas Gun berbagi tentang buku baru yang diluncurkannya. Bahasannya relate banget sama yang lagi hype di kalangan pemuda, yaitu quarter life crisis.
Project FIM Semarang
Beberapa project yang dilakukan ada yang sifatnya eventual dan kolaborasi. Kebanyakan adalah kolaborasi. Di awal kepengurusan, kami membantu membuat kurikulum belajar untuk pelatihan kepemimpinan bagi anak-anak SMA se-Jawa Tengah.Pengalaman tak terlupakan selanjutnya adalah Bedah Buku 'Bertumbuh' karya Mas Gun dan kawan-kawan. Kami berkolaborasi dengan pasangan muda sesama FIM yang menginspirasi, yaitu Mas Kurniawan Gunadi dan Mbak Apik aka Aji Nurafifah. Nah disini Mas Gun berbagi tentang buku baru yang diluncurkannya. Bahasannya relate banget sama yang lagi hype di kalangan pemuda, yaitu quarter life crisis.
Kemudian, di akhir kepengurusan kami bikin kegiatan bertajuk OYE-Talk Show. Pada event itu, kami mengundang Mbak Enes Kusuma dan Mas Hendra Wiguna untuk berbagi tentang kontribusi mereka dalam dunia kepemudaan di Jawa Tengah.
Dan yang paling mengesankan di antara semua project adalah project kolaborasi dengan beberapa FIM regional. Yaitu pelatihan kepemimpinan (Pelatwil 3) selama 4 hari 3 malam di Solo, Jawa Tengah.
Waah nggak kebayang deh capeknya. Tapi semua terbayar dengan seulas senyum dan tawa riang dari para peserta. Mereka adalah para pemuda (mahasiswa, pekerja sosial, startup-er, freelancer, dan sebagainya) yang berasal dari sebagian besar Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Barat.
Inget banget dulu sampai kurang tidur. Bangun dini hari dan tidur larut malam untuk menyiapkan acara kepemudaan yang "kata sebagian peserta" sangat berkesan.
FIM = Forum Indonesia Menikah
Katanya Forum Indonesia Muda itu selain bisa mempertemukan kami dengan pemuda-pemuda yang menginspirasi, juga merupakan ajang pencarian jodoh. Makanya suka ada plesetan yang bilang kalau FIM = Forum Indonesia Menikah. Ups..wkwk
Yaa benar aja...waktu itu Saya bertemu dengan Pak Suami dalam forum ini.
Banyak hal yang kemudian membuat Saya bulat memutuskan untuk menikah dengan Pak Suami. Terutama soal visi misi yang ingin dicapai bersama.
Kalau kata Maudy Ayunda dalam film Habibie & Ainun 3, yang kurang lebih begini tafsiran menurut pemahaman Saya: "Kita nggak bisa bersama kalau kita nggak punya visi yang sama."
Yang bikin Saya kepincut juga, ketika Pak Suami menafkahkan sebagian waktunya untuk mengelola rubi (rumah belajar untuk anak-anak marjinal di kali Tenggang).
Yang bikin Saya kepincut juga, ketika Pak Suami menafkahkan sebagian waktunya untuk mengelola rubi (rumah belajar untuk anak-anak marjinal di kali Tenggang).
Dan berhasil meraih perhatian Saya dengan lagu yang diciptakannya, yaitu “Aku Indonesia”. Lagu ini menceritakan tentang nasionalismenya untuk Indonesia.
“Dari ujung Aceh sampai tanah Papua, kita semua bersaudara”
Lirik ini menggambarkan bahwa di manapun tempat kita lahir dan tumbuh, kita tetap bersaudara. Karena kita tinggal di tanah yang sama, di Indonesia.
“Dari bermacam-macam suku dan bahasa, bersatu atas nama bangsa”
Meskipun kita berbeda-beda, dari warna kulit, suku, ras, agama, golongan, dan bahasa daerah. Kita tetap satu bangsa besar, yaitu bangsa Indonesia.
“Dari ujung Aceh sampai tanah Papua, kita semua bersaudara”
Lirik ini menggambarkan bahwa di manapun tempat kita lahir dan tumbuh, kita tetap bersaudara. Karena kita tinggal di tanah yang sama, di Indonesia.
“Dari bermacam-macam suku dan bahasa, bersatu atas nama bangsa”
Meskipun kita berbeda-beda, dari warna kulit, suku, ras, agama, golongan, dan bahasa daerah. Kita tetap satu bangsa besar, yaitu bangsa Indonesia.
"Aku Indonesia, Kamu juga Indonesia. Kita semua Indonesia. Aku untuk Indonesia"
Aku, kamu, kita adalah warga negara Indonesia. So, jaga erat kerukunan berbangsa dan bertanah air ya!
Makna secara keseluruhan adalah unity in diversity. Kita bisa jadi negara besar, pasti ada campur tangan Yang Maha Kuasa. Dan nggak kalah pentingnya lagi, kita bisa sustain sampai sekarang karena jasa leluhur kita yang mati-matian memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Yang dulunya berdiri sendiri-sendiri sebagai sebuah kerajaan atau kesultanan besar. Kemudian bergerak dengan kewenangan masing-masing. Akhirnya mengalahkan egonya untuk bergabung bersama NKRI.
Mau dengerin lagunya? Ceki-ceki nih!
Akhirnya kelar juga nostalgianya. Haha maafkan kalau masih banyak kurangnya. Semoga ada manfaat yang bisa diambil dari cerita perjalanan Saya selama berkomunitas di Forum Indonesia Muda.
Dihh saya dulu waktu kuliah pengen banget masuk fim, tapi gak kesampen. Gak inget kenapa dulu gak jadi daftar, sayang banget :')
ReplyDeleteWaah, aku jadi ingat dulu mau daftar FIM tapi gak jadi. Nyesel sih... Apalagi kalo lihat alumni FIM pada keren-keren. Eh, tapi banyak juga temen yang nikah sesama alumni FIM..
ReplyDeleteenak banget ya ditempat mbak, bisa aktif forum sebagus ini . :)
ReplyDelete