oktaviawinarti.com

Tantangan 30 hari Day 7 - Tahap Kepompong Kelas Bunda Cekatan

Konten [Tampil]
tahap kepompong


Menantang diri selama 30 hari untuk konsisten dan komitmen menjalankan suatu kebiasaan bukanlah hal yang mudah. Setiap hari selalu dihadapkan pada dua pilihan. Mau atau tidak mau. 

Karena pada akhirnya, orang yang mau berkomitmen akan mengalami proses pembentukan diri yang genuine. Mereka akan terlatih menghadapi berbagai macam rintangan yang belum tentu bisa dilalui oleh orang lain.

Hasil tidak akan mengkhianati proses. Mungkin begitu kasarannya. Karena itu, dalam melatih diri selama 30 hari, Saya menetapkan batasan yang kira-kira tidak terlalu memberatkan atau tidak terlalu mudah untuk Saya.

Karena Saya menyadari proses itu yang akan membentuk Saya di masa depan. Dan proses setiap orang itu belum tentu sama. Maka sederhanakan juga ekspektasi. Nggak perlu membandingkan diri dengan orang lain. Start kita berbeda. Bandingkan saja kita yang dulu dan yang sekarang. Tentu akan lebih adil.

Pengantar ini menjadi sebuah refleksi selama 7 hari berproses untuk menjadi kupu-kupu cantik. Masyaa Allah nggak nyangka udah sepekan menantang diri untuk lebih cekatan dalam mengatur waktu.

Hari ini Saya akan berbagi cerita tentang bagaimana Saya mengatur waktu di hari ke-7 tantangan 30 hari.

tahap kepompong buncek


Ceritaku Hari Ini

Qodarullah, Hari ini Saya bangun jam 5.10 WIB. Gagal dong? Seperti indikator yang sudah Saya tuliskan di bagian awal jurnal tantangan 30 hari , Saya belum berhasil mendapatkan badge excellent.

Sedih? tentu saja. Karena sudah 6 hari berlatih, sudah mulai terbiasa dengan ritme bangun pagi. Eh malah hari ke-7 Saya gagal puasa. Ada apa sebenarnya?

Jujurly, Saya nggak ngerti ini yang dinamakan blaming, excuse, or justify. Saya menyayangkan diri yang tidak bisa konsisten. Beralasan ini itu ketika target tidak tercapai. Atau menghakimi diri atas kesalahan yang telah Saya perbuat.

Magika Hamidah pernah memberikan pesan cinta yang sangat menyentuh soal ini. Saya seperti sedang menampar diri. Untuk apa melakukan itu semua? 

3 hal yang tidak boleh kita lakukan di tahap kepompong yaitu blaming, excuse, dan justify.

Belajar menerima diri. Inkonsistensi itu bukan sebuah hal yang harus disayangkan. Kita sedang berproses. Kalau kita gagal sekali, salah sekali, apakah setelah itu kita nggak mau bangkit?

Yok ah Semangat diri! Jangan kasih kendor! Kemarin udah bagus banget. Latih terus ilmunya. Kamu bisa lebih daripada hari sebelumnya. Jangan memaksa diri atau merendahkan diri. Kita bisa cari cara untuk menghadapi setiap konsekuensi. Tetap Semangat. Hu Ha!!

Wejangan di atas biar jadi pengingat kalau lagi futur nikmat. Karena sesungguhnya diriku butuh mem-push lagi semangat seperti di awal. :") Life must go on. Udah yaa ngeluh-ngeluhnya. 

Jadi Apa Sebetulnya yang Menyebabkan Saya Gagal Berpuasa?

Alhamdulillah, jam 1 dini hari hujan deras yang mengakibatkan Arza bangun dan cemas (susah tidur). Saya menemaninya sampai dia mau tidur. Unpredictable moment. Saya mikir-mikir juga, Saya kan lagi puasa ya. Gimana dong?

Ya nggak gimana-gimana. Saya memilih untuk menemani Arza yang ketakutan karena petir yang jedar-jedor selama kurang lebih satu jam. Pak Suami juga bangun saat itu. Setelah kondisi kondusif, Arza bisa tidur kembali.

Saya pun bimbang. Kalau Saya bablas sampai pagi nggak tidur (karena masih sisa 1 jam sebelum jam 3), paginya Saya akan letoy bin jompo. Oh Big No! Saya sudah sering merasakan itu dan bikin hari Saya nggak produktif.

Kalau Saya tidur, Saya punya risiko untuk kesiangan. Dan saya lebih memilih tidur. Alasannya, Saya pernah menuliskan insight di hari ke-1 berpuasa. Penuhi hak Allah, penuhi hak diri, dan penuhi hak keluarga. Saya akan kehilangan waktu tidur 1 jam (baca: hak tubuh untuk beristirahat) kalau melanjutkan untuk tidak tidur. 

Jadilah apa yang terjadi. Saya memilih tidur kembali dan bangun jam 5.15 WIB. Alhamdulillah belum terbit fajar, sehingga masih bisa shalat subuh.

Kemudian Saya lanjutkan dengan menulis artikel. Alhamdulillah sudah terbit dengan judul Cara Menikmati Kue Cucur, Kue Legendaris Indonesia Ter-Favorit

Waktu Saya menulis artikel, Arza belum bangun. Doi bangun jam 9 pagi. Kasihan dia, kecil-kecil udah kenal begadang. Hmm.

Saya bersyukur sebab Arza nggak rungsing. Doi manut banget. Mau diajak mandi (biasanya nolak). Kemudian kami bertiga langsung cuzz untuk makan siang dan belanja ke pasar. Belanjanya jam 12 siang gaes. Panas banget. Fiuh.

Kami belanja kebutuhan buat puasa ramadhan. Pulangnya istirahat sebentar dan shalat. Dan dilanjutkan nge-food prep.

Sebetulnya Saya berbagi tugas dengan Pak Suami. Doi yang mencuci piring dan memasak untuk sore. Saya yang mempersiapkan bahan-bahan masakan untuk seminggu kedepan.

Cukup melelahkan tapi Saya merasa nggak letoy. Hehe. Memang perlu memperhatikan hak tubuh dulu intinya.

Untuk hari ini, Saya skip membuat ide bermain untuk Arza. Jadi doi memainkan mainan yang sudah ada saja hehe. Nggak apa-apa, yang penting anaknya senang. 

Tahap kepompong bunda cekatan


Inisight

  • Jalani hari ini dengan senyuman,  meskipun rencana tak seperti yang diharapkan. Jalani dan kerjakan apa yang bisa dikerjakan.
  • Hargai mereka yang memudahkan pekerjaan kita.

Related Posts

Post a Comment