Sobi senja pasti nggak asing sama lagunya Feby Putri dan Fiersa Besari yang sempat trending Youtube di tahun 2021. Buat Saya pribadi, sebagai penikmat senja (cielah) lagu ini punya makna yang berarti.
Apalagi di bagian reff-nya kayak mewakili isi hati. Punya luka tapi pintar menyembunyikannya. Alhasil jadi bom waktu yang sewaktu-waktu akan meledak. Ah memang lagu runtuh-nya Feby Putri dan bung Fiersa Besari ini bisa jadi healing tersendiri buat Saya.
Lewat lagu runtuh-nya, Saya ingin memaknai kehadiran bulan Ramadhan yang penuh ampunan dan pahala sebagai healing terbaik dari semua luka. Anw, makasih banget Feby dan bung Fiersa yang sudah menuliskan liriknya yang ngena dan punya makna mendalam buat Saya dan Sobi senja disini.
Emang ada hubungannya lagu runtuh dengan puasa ramadhan ya? Berdasarkan riset kecil-kecilan ala Saya, sangat ada hubungannya. Penasaran kan? Yok Gaskeun.
Lirik Lagu Runtuh Feby Putri dan Fiersa Besari
Ku terbangun lagi
Diantara sepi hanya pikiran yang ramai
Mengutuki diri
Tak bisa kembali tuk mengubah alur kisah
Ketika mereka meminta tawa
Ternyata rela tak semudah kata
Tak perlu khawatir ku hanya terluka
Terbiasa tuk pura pura tertawa
Namun bolehkah skali saja ku menangis
Sebelum kembali membohongi diri
Ketika kau lelah
Berhentilah dulu, beri ruang, beri waktu
Mereka bilang syukurilah saja
Padahal rela tak semudah kata
Tak perlu khawatir ku hanya terluka
Terbiasa tuk pura pura tertawa
Namun bolehkah skali saja ku menangis
Sebelum kembali membohongi diri
Kita hanyalah manusia yang terluka
Terbiasa tuk pura pura tertawa
Namun bolehkah skali saja ku menangis
Ku tak ingin lagi membohongi diri
Ku ingin belajar menerima diri
Sekilas kalau baca lirik lagunya, makna yang terkandung dalam lagu runtuh adalah nggak apa-apa kok kita merasa nggak baik-baik aja. Kadang hidup memang bikin kita jadi down. Kita butuh jeda untuk sekedar luapin isi hati. Kita perlu break dari keruwetan yang terjadi.
Mungkin kita jarang mengakui emosi yang sedang bergumul di dalam dada. Pada akhirnya seulas senyum hadir tanpa makna. Kita bisa berpura-pura bahagia di hadapan orang lain. Tapi kita nggak bisa bohongin diri sendiri.
Tak perlu khawatir ku hanya terluka
Terbiasa tuk pura pura tertawa
Ada pesan tersurat yang sebagian besar Sobi pasti ngerti ya maksud potongan lirik tersebut.
Mungkin ada dari kita yang sering mencurahkan isi hati sama orang terdekat. Tapi pernah nggak sih dapet respon yang template? Responnya itu sama. 'yaudah sabar' 'yaudah jalani aja' 'ayo dong bersyukur'.
Hmm..jujurly, Saya bukan nggak suka dengan kalimat itu. Tapi Saya pernah ada di posisi nggak mau dinasihatin. Apalagi diminta menerima, seolah itu adalah masalah receh dan bisa dengan cepat untuk diselesaikan. Mungkin receh buat mereka tapi nggak buat Saya.
Mungkin akan lebih baik jika lebih dulu membesarkan hati orang yang sedang galau itu. Nggak cuma kalimat 'itu' yang di-highlight. Seolah-olah kita adalah orang yang kurang sabar dan kurang bersyukur. Padahal mah cuma mau didengerin, dipukpuk, dipeluk.
Orang yang sering terluka itu sulit untuk mengakui kesedihannya. Karena apa ya? Sudah terlalu perih untuk sekedar merengek minta dikasihani. Apalagi luka itu sukar disembuhkan.
Jalan ninjanya adalah menghujam diri dengan kalimat 'all is well'. Padahal nggak semua hal bisa selesai dengan kalimat 'penyemangat' itu.
Satu hal lagi yang seringkali kejadian. Kalau kita curhat, terus masalah kita dibandingin sama masalah orang lain. Itu kayak seolah masalah kita nggak ada apa-apanya. Gara-gara itu, kita jadi ngerasa nggak secure. Kita jadi nggak nyaman untuk cerita. Belum apa-apa sudah diberi 'wejangan' yang minim empati.
Sebenarnya kita hanya butuh ditemani. Iya...orang yang terluka memang serapuh itu. Tapi mereka nggak suka menampakkan itu kepada orang lain. Cukup untuk dirinya saja.
Namun bolehkah skali saja kumenangis
Sebelum kembali membohongi diri
Lirik ini tuh kayak lagi ngomong, 'gue udah nggak kuat menahan rasa sakit ini. wajar nggak sih gue nangis sebentar aja?' 'lu temenin gue sini'.
Orang yang menyimpan luka butuh 'tempat sampah' untuk mengeluarkan emosi negatifnya. Karena kalau disimpan untuk dirinya, lama-lama bakalan jadi racun yang akan merusak seluruh bagian tubuhnya.
Cara yang paling tepat yaa jadi 'tempat sampah' untuknya. Temani dan Support sepenuh hati. Orang yang terluka butuh sosok yang bisa membuatnya nyaman dan aman untuk bercerita tanpa disalahkan dan dijustifikasi.
Lubang dalam hatinya sudah menganga terlalu dalam. Sehingga untuk menerima saran selogis apapun, nggak ada gunanya. Bakalan mental semua. Karena kondisi emosional sedang menguasainya.
Jangan kaget kalau mereka suka 'meledak' nggak tau tempat. Itu terjadi lantaran tabungan emosi yang sudah terlalu lama dipendam. Mungkin inilah yang selanjutnya akan Saya sebut dengan kondisi 'runtuh' pertahanan dirinya.
Tamengnya adalah konsep diri yang kuat. Self awareness yang akan membantunya menghadapi luka. Tapi kondisi ini akan berbeda pada setiap orang. Tergantung sejauh mana mereka terpapar pengetahuan dan kemauan yang kuat untuk keluar dari kondisi yang selama ini membelenggunya.
Puasa Ramadhan Sebagai Berkah Kebaikan
Puasa artinya menahan diri. Secara bahasa berasal dari kata serapan yaitu ashiyam/ashoum maknanya sama seperti al-imsak yang artinya menahan.
Puasa secara definisi adalah menahan diri dari makan, minum dan
segala hal yang membatalkan dari terbit fajar sampai tenggelam matahari.
Allah menghukumi puasa ramadhan wajib bagi setiap muslim perempuan dan laki-laki. Sebagaimana yang tertulis dalam Surah Al-Baqarah ayat 183.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Puasa adalah ibadah yang tidak ada tandingannya. Puasa ini adalah
untuk Allah dan Allah yang secara langsung akan membalasnya. Ibadah yang kita jalani di bulan ini akan dibalas langsung oleh Allah dan nggak ada batasannya. Inifinity!
Puasa di bulan ramadhan membuka banyak pintu pahala dan keberkahan. Karena puasa menggabungkan 3 jenis kesabaran ketika menjalaninya. Yaitu sabar atas ketaatan kepada Allah, sabar dalam menjauhi laranganNya, dan sabar dengan takdir Allah atas rasa lapar dan cobaan kesulitan.
Ramadhan menjadi momentum dimana kebaikan ditanam dan dipupuk. Kita dipaksa keluar dari zona nyaman. Dari yang tadinya nggak berdaya, jadi orang yang punya sense of spiritual yang kuat.
Kebanyakan mereka yang punya semangat spiritual yang tinggi mampu bertahan hidup lebih lama. Meskipun tubuh mereka dijangkiti penyakit.
Ramadhan menjadi ajang berlatih. Mengisi hari-hari dengan mengurangi hawa nafsu (makan, minum, serta hal-hal yang membatalkan puasa). Sehingga setelah sebulan berpuasa, kita jadi manusia yang menang. Punya tabiat baru yang lebih baik.
Hubungan Runtuh dan Puasa Ramadhan
Setelah memaknai lirik lagu runtuh dan mengetahui keistimewaan bulan ramadhan, Sobi udah kebayang belum apa keterkaitan keduanya?
Kalau belum, tenang.. Saya akan menjelaskan secara singkat. Tapi ini bukan mau maparin skripsi ya. Ulasan singkat ini Saya buat berdasarkan pengalaman pribadi dan pengamatan di sekitar.
Memang yang namanya luka batin atau bahasa ilmiahnya trauma psikologis meninggalkan PR yang besar bagi penderitanya. Nggak ada yang benar-benar lupa dengan kejadian traumatis. Karena rekamannya ada di alam bawah sadar. Nggak bisa kita kendalikan sepenuhnya, tapi bisa kita sadari dan respon dengan tepat.
Kalau ada trigger, alam bawah sadar yang akan merespon pertama kali. Kita perlu untuk membiasakan diri untuk menyadarinya dan memberikan respon yang tepat. Proses healing (penyembuhan) secara terus-menerus dan berkesinambungan dapat membantu kita untuk menjadikan trauma itu sebagai teman baik.
Dalam proses healing, fokus kita bukan kepada rasa sakit yang hadir tapi bagaimana merespon rasa sakit tersebut. Pengendalian diri atau self control inilah yang kemudian akan menentukan seberapa efektif proses penyembuhan luka batin atau trauma psikologis.
Apakah Sobi pernah denger istilah qolbun salim? Allah menyebutkan hal ini dua kali dalam Al-Quran.
Qolbun Salim adalah hati yang lurus, bersih, suci, dan ikhlas yang dibuktikan dengan gerak, pikiran, perasaan, perbuatan hanya kepada Allah Subhanahu Wata'ala.
Hati inilah yang menjadi pangkal dari keimanan. Pada hati terkandung ruh setiap manusia yang dengan itu menggerakkan kesadaran manusia untuk melakukan suatu hal. Dalam ruh terdapat spirit untuk secara sadar dan sengaja memperbaiki dan mempertahankan hidup serta kehidupan diri.
Jadi kita perlu untuk 'mebersihkan hati' agar qolbun salim itu bisa terwujud. Agar kita bisa mengendalikan setiap gerak, perkataan, pikiran, perasaan, serta perbuatan kita.
Hmm tapi apakah luka batin itu kotor? Siapa yang dengan sengaja melukai hati sendiri?
Luka itu pasti sesuatu yang nggak kita kehendaki apalagi untuk diri sendiri. Luka itu datangnya di luar kendali kita. Jadi, kita nggak bisa menghindari itu. Yang bisa kita lakukan adalah mengenalinya dan memberikan respon yang tepat agar ia tidak menjangkit bagian tubuh kita yang lain.
Hati yang terluka harus dibasuh dengan sesuatu yang jernih. Agar ia tumbuh menjadi jaringan baru yang mampu beregenerasi. Cara supaya hati kita bersih adalah dengan memurnikannya. Dalam Islam, kita bisa menyebutnya dengan tazkiyatun nafs. Membersihkan hati dari segala penyakit hati seperti prasangka, dendam, amarah, dan segala hal yang membuat kita nggak tenang dan bahagia.
Bulan ramadhan adalah bulan dimana kita sedang menuju derajat taqwa. Meraih kemenangan dan memurnikan hati. Ini merupakan momentum yang sangat tepat untuk kita mengikhtiarkan proses healing jalur langit, di samping terapi dengan ahli.
Kita berproses dengan mengikhlaskan seluruh ibadah di bulan ini hanya untuk Allah. Seluruh aktivitas kita selalu diawasi oleh Allah. Disaat hati kita runtuh, ada Allah yang akan mengangkat hati kita. Membimbing hati kita. Membesarkan hati kita lewat ayat-ayatNya dalam Al-Quran.
Oleh karena itu tidak salah jika Al-Qur'an disebut asy-syifa atau penyembuh. Jika kita sering berinteraksi dengan Al-Quran. Baik itu membaca huruf dan artinya, menghafal (mengulang-ulang bacaan Al-Quran), mentadabburi maknanya, serta mengamalkan isinya. Hati kita akan jernih, bersih, dan jauh dari penyakit hati.
Al-Quran itu mengandung hikmah atau pelajaran. Al-Quran dapat menenangkan hati kita. Membaca ayat-ayatNya akan membuat hati kita tunduk sebab itu adalah Kalam Allah (perkataan Allah). Hati kita adalah makluk Allah. Fitrahnya makhluk itu tunduk pada tuanNya. Pada hari akhir nanti ia (baca: hati) akan bersaksi di hadapan Allah.
Allah menegaskan dalam Surah ar-Ra'du ayat 28, bahwa dengan mengingat Allah, hati akan menjadi tenang.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Artinya: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram (tenang)” (Qs. ar-Ra’du: 28).
Dengan mengingat Allah dalam setiap aktivitas, kita mendapat jaminan langsung dari Allah akan diberikan ketentraman/ketenangan.
Dalam proses healing ini, bukankah kita menginginkan ketenangan hati? Bukankah kita ingin mencapai kebahagiaan yang dijanjikan Allah? Nah, puasa ramadhan adalah solusinya. Seluruh aktivitas ibadah akan menjernihkan hati kita secara continue. Termasuk membaca Al-Quran.
Jadi, Sobi sudah paham kan bagaimana lagu runtuh-nya Feby Putri dan Fiersa Besari bisa jadi inspirasi untuk lebih getol menjalankan ibadah di bulan puasa ramadhan ini? Wajar jika kita merasa nggak baik-baik aja, tapi INGAT kita kudu cari tahu agar hati kita tetap terbimbing dan nggak hilang arah ketika sedang runtuh. Dengan memperbanyak mengingat Allah di bulan puasa, kita akan jauh lebih baik dalam mengendalikan diri.
Post a Comment
Post a Comment