Melatih diri untuk membiasakan bangun dini hari memang sesuatu yang lumayan menantang buat Saya. Kebiasaan tidur malam masih Saya lakukan. Tapi Saya jarang sekali begadang untuk hal-hal yang kurang penting.
Dalam tantangan 30 hari ini, Saya perlu mengukur kecukupan waktu tidur agar bisa bangun lebih pagi. Polanya yang sudah terbentuk selama puasa sejak 21 Maret 2022 adalah Saya cukup tidur 6 jam setiap malam. Kalau Saya tidur jam 9 malam maka Saya biasa terbangun tanpa alarm jam 3 pagi. Setiap pergeseran waktu tidur, maka jam bangun akan ikut bergeser.
Tantangannya adalah komitmen. Kemudian sadar diri. Rasanya tidak apa-apa untuk menyingkirkan ekspektasi terlalu tinggi terhadap pencapaian diri sendiri. Dan yang tidak kalah pentingnya yaitu prioritas. Yang paling utama adalah kebahagiaan diri dan keluarga. Dua-duanya bisa berjalan TANPA HARUS ADA YANG DIKORBANKAN.
Agak ngegas ya. Hehe Saya ingin win-win antara kebutuhan diri sendiri dan juga hak keluarga atas diri Saya. Balance untuk urusan domestik dan publik. Memang butuh proses ya..masih panjang perjalanan Saya :D
Ceritaku Hari Ini
Hari ini Saya memulai hari dengan menulis. Tapi Saya telat bangun lagi. Jam 4.40 pagi Saya baru mulai buka laptop. Untuk komitmen itu butuh berkesadaran penuh ya Bund. Masyaa Allah. Sudah tau punya target untuk bangun lebih pagi, masih nekat begadang. #dasaraku
Sampai Saya menuliskan ini waktu sudah menunjukkan pukul 21.16 WIB. Waktunya untuk tidur. Bye! Haha. Ya Allah ini jurnal apaan sih mengsedih Saya :")
Jadi..cerita untuk hari ini yang mau Saya highlight adalah tentang perencanaan, delegasi, dan ekspektasi. 3 Hal itu yang membuat Saya sadar bahwa praktek itu tidak semudah teorinya.
Perencanaan
Karena agenda hari ini santuy, Saya nggak punya rencana lain selain menulis, ikut acara komunitas selama 2 jam dan qtime bersama keluarga. Niat hati ingin leha-leha karena kemarin badan jompo habis lari-lari di lapangan bola. Ketahuan jarang olahraga ya Saya hehe.
Agenda pagi ini diawali dengan menulis artikel yang berjudul 11 Cara Meluluhkan Hati Pria. Kemudian diisi dengan mengikuti acara komunitas.
Nah disini Saya lumayan ketar-ketir sebab belum siap total. Tadinya Saya belum menyanggupi untuk berkontribusi. Tapi Saya nggak bisa lihat temen kesusahan. Jadi Saya niatkan ini juga untuk kebaikan.
Salahnya Saya belum minta izin ke Pak Suami. Jadi, doi mempertanyakan komitmen Saya 'ilmunya dipake dong bundaaa! Inget prioritas!'
Kenapa pas sasaran banget Pak?! Saya juga mempertanyakan itu..
Delegasi
Hari ini Saya kewalahan sebab belum memasak sarapan untuk Arza. Tantrumnya nggak nguati kalau dalam kondisi lapar. Akhirnya dengan kebijaksanaan Pak Suami, Saya minta tolong babang ojek lagi buat nganter makanan ke rumah.
Hari ahad itu adalah hari kejayaan buat Saya. Sebab Saya bisa bebas tugas dari memasak. Yang ambil alih dapur Pak Suami. Tapi kalau doi lagi mager masak, dapurnya nggak ngebul. Kita minta tolong ke babang ojek aja.
Nah...ini semua karena perencanaan yang kurang matang dan prioritas yang tidak ditunaikan. Yang tadinya Saya berniat mendelegasikan Arza kepada Pak Suami, jadi salah paham akhirnya. Doi kira Saya lebih memprioritaskan hal lain dibanding Arza. Jadi kudu komunikasi yang bener dulu intinya.
Ekspektasi
Fleksibel tapi tetap punya target. Ini pesan dari Teh Kiran yang masih melekat di benak Saya.
Kalau direfleksikan untuk aktivitas hari ini. Jam menulis bergeser, maka Saya harus tau diri untuk tidak neko-neko pada prioritas yang lain. Tetap punya target menuntaskan itu. Tapi lebih fleksibel.
Masih perlu beradaptasi sih. Karena Saya kurang konsisten membuat penjadwalan berdasarkan tenggat waktu. Bisa stress sendiri. Jadi perlu untuk menetapkan maksimal 3 prioritas tiap harinya agar Saya nggak disorientasi mau ngerjain apa dulu.
Insight
- Penting untuk merencanakan sesuatu sebelum hari H
- Delegasi dan komunikasi adalah hal yang tidak bisa dipisahkan
- Berdamai dengan ekspektasi
Post a Comment
Post a Comment