Konten [Tampil]
Mereka sudah beruban. Satu, dua rambut mulai memutih dan terus bertambah sepanjang hari. Lebih-lebih Bapakku, yang sudah mulai lupa menaruh kunci motor.
Aku ingin menceritakan Bapak. Mungkin sudah banyak hal yang ia lakukan untukku, tapi aku hanya menuangkan beberapa yang terekam dalam ingatanku.
Bapak, adalah sesosok yang hangat. Sangat kenal dan akrab dengan anak-anak. Namun semakin aku dewasa, ia 'memaksaku' untuk keluar. Mengembara dalam proses pencarian jati diri di luar kota. Dulupun ia 'terpaksa' harus keluar dari zona nyamannya. Dan dapat membuktikan bahwa anak kampung bisa jadi Sarjana.
Bapak, adalah sesosok yang rela berkorban. Sangat loyal dan peduli dengan orang lain. Pada seremoni kelulusanku, Ia datang bak pahlawan. Membawa kresek hitam berisi high heels yang sudah ditambal karena soak. Padahal saat itu, sudah giliranku untuk maju. Sudah kadung memakai flat shoes milik temanku, ia pun menyembunyikan high heels tersebut di balik senyumnya. Hatiku sangat tersentuh, namun waktu itu Aku masih gengsi untuk memeluknya. (Tahu akan seperti apa reaksinya, kami bukan tipikal Bapak dan Anak yang suka cipika-cipiki).
Bapak, adalah sesosok pekerja keras. Seringkali lupa waktu untuk istirahat. Apapun dilakukannya untuk memenuhi kebutuhan anak gadisnya. Ia paham betul bagaimana usahaku menutup aurat. Satu, dua kain ia pilihkan untukku. Meskipun harus Aku yang akhirnya memilih.
Ketika Aku pulang ke rumah, ia bahagia.
Ketika Aku balik ke tanah rantau, ia akan lebih bahagia karena anak gadisnya dapat menjemput masa depan untuknya.
.
Percayalah, sejauh apapun orang tua, ia akan selalu mendoakan yang terbaik untuk anaknya. Dan Aku sangat yakin betapa sering Ibu dan Bapakku berdoa untukku, disini.
.
.
Semarang, 06 Juli 2017.
Oktavia Winarti
Post a Comment
Post a Comment