Empat tahun lalu, dia berada di ranah samin.
Menuntut ilmu kejuruan dan menumpang rumah ibu tirinya.
Sebelumnya dia tumbuh di kota Metropolis yang hingar bingar.
Dia berada di sampingku pekan lalu,
Bersandar pada kursi berusia 12 tahun peninggalan abah yang membersarkannya,
Bercakap sedikit banyak tentang sesuatu yang belum kutahu.
Berada pada situasi sulit di masa kecilnya, ia tumbuh sebagai laki-laki mandiri.
Belajar memahami kehidupan yang bengis sembari mencari jatidiri.
Binal katanya, cap buruk di masa-masa tanggung,
Ketika ingin mengalihkan percakapan, aku yang paling sering bertanya lalu diam.
Dia terus bercerita.
“Laki-laki itu sama aja, ga ada laki-laki yang 100% suci di zaman kaya gini”,
Lantas aku berpikir, dia laki-laki yang “sama saja”, aku mengernyitkan dahi.
Bukan maksud untuk menyudutkan dia yang baru lulusan SMK, aku berusaha bersikap biasa saja tidak termakan amarah. Hanya aku sudah tahu alur pikirnya.
“Gue inget pesan pakdhe, kalo mau bandel ,bandel sekalian. Kalo mau bener,bener sekalian. Jangan setengah-setengah”,
Memang dia orang yang terbuka, pada ibu tirinya (di sini) pun dia berterus terang.
“Gue pernah nyobain ngedrugs, ngesex, mabok, gue bandel banget Ta dulu”,
Teringat dulu, ketika masih kepala 1 , aku sering bermain dengannya.
Teringat dia yang sangat polos nan penurut.
“ Pacar gue banyak, dan macem-macem,salah satunya dia alim banget, tapi dia doyan sex”
Bukanlah hal yang tabu untukku menghadapi pembicaraan seperti ini,
Seperti mengerti isi perkuliahanku di kota Atlas, Dia terus bercerita.
“Itu kan kebutuhan sehari-hari gak mungkin lu ga butuh. Selamanya bakalan ada kecenderungan ke arah sana kalo ke lawan jenis. Nafsu”
Ya, kuakui itu hal yang sangat biasa. Biasa ketika sudah ada ikatan suci antar lawan jenis.
Nafsu. Sesuatu yang dianugerahi oleh Allah Subhannahu Wa Ta’ala kepada tiap diri manusia. Yang wajib dikelola oleh akal. Nafsu bukanlah hal yang keseluruhan negatif. Ada nafsu yang jika dikendalikan akan menghasilkan suatu bakat. Suatu hal yang positif dan berdampak pada kualitas seseorang.
Nafsu yang dia maksud adalah nafsu yang sejatinya ada pada tiap laki-laki dan perempuan. Nafsu yang disalah artikan sebagai pemuas diri. Pemuas gairah. Bukan suatu hal yang harus disyukuri sebagai hikmah dari Allah.
Dalam masa pencarianku, aku menemukan sebuah formula untuk mengoptimalkan nafsuku, yaitu dengan melakukan hal-hal yang membuat aku berdaya, semakin kreatif, semakin penasaran menyelami ilmu dan membuatku belajar di setiap momentum kehidupanku.
Aku belum berbicara padanya, karena dia masih pada pendiriannya dan tidak ingin diberitahu. Mungkin menghindari ceramah panjang dari orang yang dia anggap belum banyak pengalaman. Dan belum merasakan perbuatan binal yang sudah dia rasakan sebelumnya.
Premis Premis Bernegasi
Konten [Tampil]
Post a Comment
Post a Comment